Kamis, 08 Maret 2012

Beda Anak Sekolah: Dulu dan Sekarang


Membandingkan anak sekolah tahun 80-90 an seperti saya dengan anak sekolah jaman sekarang seperti anak saya rasanya seperti membandingkan bumi dengan langit. Ya iyalah… jamannya aja beda hehehe….  Jaman saya dulu mana ada sinetron remaja yang tayang setiap hari seperti sekarang. Wong stasiun televisinya dulu kan cuma TVRI.
sinetron Rumah Masa Depan TVRI
Sinetron remaja yang saya ingat  ACI (Aku Cinta Indonesia), Rumah Masa Depan dan Kisah Serumpun Bambu, yang hanya tayang setiap minggu.  Sinetron ACI ceritanya hanya pada sekitar konflik remaja yang sederhana dengan penampilan tokohnya yang juga sederhana.  Ada penyelesaian di akhir cerita jika terjadi konflik, dan sudah jelas ada muatan pendidikan dan pesan moral kehidupan di sana. Bandingkan dengan cerita sinetron remaja sekarang, cerita yang diangkat kadang berlebihan dan cenuderung kurang mendidik seperti rebutan pacarlah, pamer mobil, persaingan antar kelompok teman dan penampilannya itu loh… glamour. Saya nggak bisa membayangkan kalau nggak ada aturan pakai seragam di sekolah, mungkin gaya berbusana anak-anak sekolah terutama remaja usia SMP dan SMU itu mengalahkan gaya busana anak kuliahan hehehe….
Jaman saya dulu mana ada alat komunikasi seperti handphone, sedangkan yang punya telepon rumah hanya orang-orang yang ekonominya menengah ke atas saja. Saya jadi ingat saat anak sulung saya kelas 5 SD di sebuah sekolah negeri di Pekanbaru, merajuk minta dibelikan handphone. Saya lihat beberapa temannya memang sudah dibekali handphone oleh orang tuanya. Tapi saya nggak serta merta membelikannya, saya pikir belum cukup perlu untuk membekali handphone buat anak SD kelas 5, paling juga buat gaya aja hehehe… Saya bilang sama dia kalau mau dibelikan handphone nilai UANnya minimal 9. Akhirnya ketika dia bisa buktikan bahwa nilai UANnya rata-rata di atas 9 ya mau nggak mau dibelikan handphone sesuai janji. Paling tidak, ada usaha untuk mendapatkannya, lagipula saya rasa sudah cukup untuk dibekali handphone ketika di SMP karena sekolahnya memang jauh dari rumah. Sekarang saat si adik duduk di kelas 6 SD, biarpun nggak menuntut untuk dibelikan handphone tapi saya tetap membekalinya dengan handphone karena kami tinggal di negara orang saat ini, dan jarak antara rumah dan sekolahnya lumayan jauh. Ditambah lagi berangkat sekolah naik angkutan umum (subway) jadi saya rasa perlu untuk memberikan handphone untuknya dan handphone yang dibawanya hanya berfungsi untuk berkomunikasi asal bisa buat nelpon dan SMS.
Saya ingat betul waktu saya SMP sekitar tahun 1988, pernah nonton serial film yang saya lupa judulnya. Salah satu adegannya, si tokoh utama menulis semacam catatan hariannya di sebuah PC. Waktu itu saya dibuat takjub dan berpikir enaknya ya tulisannya bisa di simpan di layar monitor dan bisa di sisipi kata-kata tanpa harus menghapus tulisan di depan atau di belakangnya, canggih banget. Sampai mikir kapan ya bisa punya alat kayak begitu. Saya kenal dan memakai komputer saat saya SMU sekitar tahun 90-an karena jadi kurikulum wajib di sekolah. Softwarenya masih pakai Word Star. Ya ampuuunnnn… jadul amat ya?? hehehehe..  Kalau sekarang, jangankan anak SMP.. anak play group pun sudah mahir menggunakan PC, laptop atau komputer tablet.
Ngomongin internet, jelas jauh bedanya sama jaman saya dulu. Cari informasi apapun cukup mengetikkan kata kunci di mesin pencari. Apapun bisa di lihat lewat yang namanya internet. Makanya warung internet tumbuh bak jamur sekarang. Tugas-tugas sekolah nggak jamannya lagi menggunting-gunting majalah dan koran untuk dijadikan klipping, tinggal cari di internet terus di print. Dunia seakan digenggaman tangan karena lewat hand phone internet juga bisa di akses. Ngrumpi dengan teman-teman sekolah, ngomongin tugas sekolah, nggak perlu harus berkumpul di tempat yang sama. Sambil tiduran mereka bisa ngrumpi dan diskusi di facebook atau di twitter.
Soal hobi tulis menulis, dulu untuk membuat tulisan yang ingin dimuat di sebuah media, harus dikonsep lalu diketik untuk kemudian dikirimkan ke media koran atau majalah. Sarana menyalurkan hobi menulis paling sederhana adalah majalah dinding sekolah. Kalau di muat dan dibaca temen satu sekolah rasanya seneng banget. Sekarang, saya cukup iri dengan anak-anak sekolah yang punya hobi menulis. Banyak tempat untuk menyalurkan hobinya itu, bisa di blog pribadi. Yaa… kemajuan teknologi memiliki banyak dampak positif untuk anak-anak sekolah, walau nggak mengabaikan dampak negatifnya juga.
Kemajuan jaman memang membawa konsekuensi positif dan negatif. Peran kita orang tua menjadi filter buat anak-anak untuk menyaring hal yang  negatif menjadi sangat penting.  Orang tua juga perlu tahu banyak soal teknologi biar nggak ketinggalan dengan anak-anak sehingga nggak kecolongan. Orang tua juga butuh belajar juga soal ini, kalau nggak tau bertanya pada anak bukan hal yang bisa membuat kita nggak berwibawa di mata anak kan??

1 komentar:

  1. Hey there I am so delighted I found your webpage, I really found you by mistake, while I was researching on
    Google for something else, Anyhow I am here now
    and would just like to say thanks a lot for a tremendous post and a all round entertaining blog (I also
    love the theme/design), I don't have time to look over it all at the minute but I have saved it and also added in your RSS feeds, so when I have time I will be back to read much more, Please do keep up the fantastic work.

    Here is my site; making money on line

    BalasHapus