Minggu, 29 Juli 2012

Jaman Sekarang, Siapa Tak Kenal “Mimin”(Admin)?


Hallo!

Hari ini ngobrol yang ringan-ringan deh tentang penggunaan social media sebagai alat komunikasi antara brand dengan target marketnya. Gimana? :)
So, hari ini pelaku bisnis dimana-mana berbondong-bondong ya untuk menggunakan social media sebagai “another” marketing instrument. Dan dalam me-maintan social media tersebut bukan hal yang mudah lho. Ngetweet atau ngeshare dengan mengatasnamakan suatu brand lumayan berat, gak boleh asal-asalan.

Nah, orang yang bertanggung jawab atas keluarnya post di social media ini adalah social media manager atau yang biasa kita panggil “admin” atau “mimin”. Saya sendiri sekarang ini sedang handle akun suatu brand minuman. Seru kok jadi admin, apalagi kalau lagi jomblo jadi ada temen (menyedihkan ….) tapi dibalik keseruannya menjadi admin ada beberapa hal juga yang perlu diperhatikan.


1. Integrasi Marketing Strategi dengan Topik di Social Media
Ini mungkin yang paling penting ketika menanggung beban menjadi seorang admin (ceilah). Walaupun bergerak di digital, campaign yang kamu jalankan harus tetap sejalan dengan campaign di media nondigital. Karena digital marketing bertugas dalam mendukung keseluruhan marketing campaign, ATL dan BTL juga.
Repetisi, itu intinya. Dari mulai bangun pagi sampai kembali tidur, target market dapat melihat brand kesayangan mereka. Misalnya: bangun pagi lihat Twitter -> disapa sama admin, masuk mobil dijalan -> denger iklan radio brand kesayangannya, dan seterusnya.

2. Waktu Post
Kapan kamu ngepost juga harus diperhatikan lho. Boleh aja kamu ngajak ngobrol audience kamu jam 3 subuh, kalau emang ada audience kamu yang bangun jam segitu. Atau mungkin kamu handle akun berbau “galau”? nah cocok kayanya kalau kamu posting jam 3 subuh :p
Di akun brand minuman yang sedang saya handle, statistiknya menunjukan bahwa follower akun brand minuman ini aktif di jam-jam 11am, 5pm dan 7pm (berbeda dengan jam aktif mereka di bulan Ramadhan ini). Di jam-jam audience aktif inilah, seorang admin bisa melakukan penetrasi tentang campaign marketing yang ada sehingga audince yang ter-reach semakin banyak, dan juga komunikasi dapat terjalin 2 arah.

3. Bahasa
Penggunaan bahasa tergantung dari target market dan brand positioning produk kamu. Banyak akun-akun yang menggunakan kata “kamu” untuk brand dengan target anak muda tapi banyak juga yang menggunakan kata “gue-lo”. Agar ada engagement coba juga buat nama khas untuk audience kamu, misalnya: “sob!” atau “sobat” dan lain-lain.
Selain itu bahasa juga harus mudah diserap. Untuk brand minuman yang sedang saya tangani, saya mengurangi penggunaan istilah-istilah kimia untuk menjelaskan keunggulan produk tersebut.

4. Complaint Management
Kamu suka lihat akun suatu brand yang isi post dari audience cuma tentang complaint, complaint, dan complaint? Dengan social media, seorang admin menjadi PR untuk brand yang dia tangani. So, harus bisa handle complaint se “smooth” mungkin.
Dalam teori service marketing, ada yang disebut Service Recovery, yaitu strategi yang dibuat untuk memberikan kompensasi pada customer ketika terjadi service failure. Kompensasi ini juga gak melulu dalam bentuak uang lho. Misalnya: kita makan di restaurant dan makanan yang dateng ternyata salah, ada restaurant yang kemudian memberikan free dessert sebagai pengganti waktu customer yang habis percuma karena nunggu makanan yang salah.
Nah kalau dalam social media, service recovery harus lebih cepat lagi respondnya karena dunia online yang memang identik dengan kedinamisannya. Belum lagi, complaint yang ada di social media punya probability untuk jadi viral. Wuih bisa bencana kan kalau banyak orang yang mengetahui sisi negatif brand kamu.

5. Aktivitas Kuis
Sama seperti membuat outbound marketing strategy, dimana harus ada KPI yang harus dicapai untuk melihat efektivitas suatu campaign, di online, khususnya Twitter dan Facebook, jumlah follower dan fans adalah hal paling mendasar yang dijadikan KPI. Misalnya dalam 1 bulan fan page harus bisa mencapai 3000 fans.
Dengan adanya KPI ini juga membantu seorang social media manager menurunkan content-content yang harus dibuat. Semakin besar KPI yang harus dicapai, maka harus semakin efektif konten yang dibuat.
Salah satu yang sering dilakukan social media manager untuk mencapai KPI ini adalah dengan melakukan aktivitas kuis. Audience ditarik mengikuti campaign dengan hadiah sebagai trigger. Kuis yang dibuat juga harus disesuaikan dengan media online. Misalnya untuk di Twitter lebih baik membuat kuis dengan basis “text” untuk seseorang menjawab daripada mereka harus post foto/video (karena effort yang dilakukan audience lebih berat).

Besar atau kecil nya effort yang dilakukan audience juga tergantung dari besar hadiah yang ditawarkan. Contohnya, akan sedikit orang yang ikutan kuis bikin video custom jika hadiahnya hanya seputar merchandise brand tersebut, especially untuk brand yang tingkat engagement nya masih rendah.
So, I guess that is my opinion setelah menjadi seorang social media manager. Let’s learn together, shall we? I’m open for any question, advice, and critics.
Thank you. Have a great day! =)

                                                                                                  Created By: Ivan Albrado

3 komentar:

  1. Selamat malam mas Ivan, bisakah kita kerjasama dlm hal "mimin" ? tks. hadi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa, jangan panggil mas.!!
      saya masih anak SMA :)

      Terima kasih Telah berkunjung.!! :)

      Hapus
  2. kalo sekarang udah jadi mas dong? :D

    BalasHapus