Bagi
orang tua jaman sekarang memang miris menghadapi fenomena gaya
berpacaran anak-anak muda jaman sekarang yang cenderung bebas. Kemudahan
dalam berkomunikasi akibat adanya kemajuan teknologi yang semakin
canggih dan mungkin juga secara tidak langsung dipengaruhi keberhasilan
dari kampanye hak untuk bebas bereskpresi, turut andil dalam merubah gaya berpacaran anak muda jaman sekarang.
Gaya
pacaran semacam anak muda dulu mungkin sudah jarang
sekali kita temukan, semisal surat-menyurat dari seseorang ke pacarnya.
Surat-menyurat yang dulu sangat populer, sekarang digantikan oleh
perangkat handphone. Jaman dahulu kehadiran Pak Pos dengan
sepeda ontelnya selalu ditunggu-tunggu oleh sebagian besar ABG jaman
itu, namun hal tersebut kini telah berganti menjadi SMS, MMS, chatting maupun video call yang dapat dilakukan dimana saja serta kapan saja (info dari Orang Tua).
Seorang
kekasih yang sedang rindu kepada pasangannya kalau jaman dahulu
paling-paling hanya bisa memandangi fotonya saja, karena seandainya mau
meluapkan kerinduannya dengan memakai telepon rumah pun tidak akan
berani soalnya telepon masih merupakan barang mewah yang hanya
dipergunakan untuk hal-hal penting saja. Namun sekarang masalah tersebut
dapat diatasi hanya dengan sms atau telepon dengan handphone yang sudah
dimiliki oleh sebagian besar anak muda jaman sekarang. Seseorang bisa
langsung bertukar kabar dengan pacar yang berada dilokasi jauh
sekalipun, atau hanya dengan chating lewat internet, seseorang bisa ngobrol tanpa batas walaupun hanya lewat tulisan.
Sekedar
berkomunikasi atau pun serangan rayuan-rayuan gombal dapat dilakukan
kapanpun dan hal ini juga akhirnya membuka peluang untuk melakukan
telepon “esek-esek” ditengah malam tanpa diketahui oleh orang
tua di rumah. Bagi wanita yang kurang berpengalaman akan mudah menjadi
sasaran empuk para play boy cap kampak, tetapi jangan lupa jaman sekarang wanita pun tidak kalah agresif untuk merayu pasangannya, dunia memang sudah berubah.
Gaya
pacaran jaman sekarang juga sudah terbilang sangat bebas, bahkan
benar-benar serasa dunia hanya milik orang pacaran dan untuk yang lain
dianggap hanya numpang saja. Seolah-olah mereka mencontoh gaya pacaran
orang luar yang tak mengenal etika ketimuran yang dahulu selalu kita
unggul-unggulkan. Di samping itu ada beberapa pergeseran pemahaman yang salah tentang berpacaran oleh anak muda jaman sekarang.
- Gak punya pacar berarti gak laku.
- Belum dinamakan pacaran kalau belum bernah berciuman “mesra”.
- Seorang cewek tidak benar-benar cinta kalau gak mau diajak “ML” oleh cowoknya. (No Try)
Pergeseran
pemahaman tentang pacaran seperti di atas menyebabkan banyaknya
kejadian hamil di luar nikah. Pacaran yang berakibat “tekdung”
yang dahulu dianggap KLB (kejadian luar biasa), sekarang ini oleh para
remaja sudah dianggap biasa saja, apalagi kalau hanya sekedar kehilangan
selaput dara, seolah-olah hanyalah masalah kecil saja.
Fenomena
di atas tentu saja membuat pusing bagi para orangtua yang mempunyai
anak sedang atau akan menginjak dewasa. Kepandaian anak untuk
berargumentasi dengan orangtua, kadang menyebabkan doktrin-doktrin agama
maupun moral dari orang tua seolah-olah menemui ketidakberdayaan.
Ditambah lagi ketika anak dihadapkan dengan fakta dan godaan-godaan
negative dari efek globalisasi, membuat pilihan menjadi anak sholeh dan
sholehkah terasa semakin sulit, apalagi sekarang ini kita sedang dilanda
krisis idola yang benar-benar layak jadi panutan anak muda jaman
sekarang untuk menemukan jati dirinya.
Harapan
saya semoga saja dengan kecerdasan dan pemahaman anak-anak muda jaman
sekarang, mereka mampu mengedepankan potensi diri dengan cara mengejar
cita-citanya daripada mengurusi hawa nafsu kepada lawan jenis yang
kadang salah-salah malah menjerumuskan ke dalam permasalahan yang lebih
rumit dari perkiraan semula. Selain itu agar gaya pacaran para remaja
tidak salah, maka perlu membuat batasan-batasan dalam berpacaran
seperti:
- Lebih takutlah kepada Tuhan dan selalu berupaya untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
- Sayangilah pacar dan keluarganya bagaikan keluargamu sendiri.
- Saling mendukung kepada apa yang sedang dikerjakan sepanjang hal tersebut bernilai positif.
Selain
itu sebelum pacaran perlu juga untuk saling berkomitmen dan berjanji
pada diri sendiri bahwa pacaran itu bukan hanya untuk main-main atau
mengikuti tren, tapi karena memang kita ingin mengenal pasangan lebih
dalam lagi dan tidak perlu sampai harus mencoba berhubungan badan
sebelum melangkah ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan.
Aw, this was an extremely nice post. Finding the time and actual effort to produce
BalasHapusa very good article… but what can I say… I hesitate a whole lot and don't seem to get anything done.
my web-site ... affiliate programs that pay
kita juga punya nih artikel mengenai 'pacaran', silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya
BalasHapuslink Sumber
terima kasih